Mengenal Framing Effect, Biar Produk Makin Dilirik
Pernah gak Sobat IAM merasa tertarik dengan suatu produk cuma karena cara penjualannya yang cerdas? Atau mungkin sering terjebak membeli sesuatu gara- gara iklan yang "ngena banget"? Nah, itulah contoh dari framing effect, sebuah konsep psikologi yang bisa banget bantu brand buat ningkatin daya tarik produk, baik itu di toko fisik atau di platform online.
Jadi, apa sih sebenarnya framing effect itu? Terus gimana Sobat bisa memanfaatkan konsep ini supaya produk makin dilirik oleh calon pembeli? Yuk, kita kupas lebih lanjut!
Baca juga: Buat yang Suka Visual Estetik, Simak dulu Seluk Beluk Moodboard di Media Sosial
Apa Itu Framing Effect?
Simpelnya, framing effect itu seperti cara kita memandang sesuatu yang dipengaruhi oleh cara informasi itu disajikan. Sebuah produk yang dijual dengan kata- kata “Diskon 50%!” pasti lebih menarik daripada dengan kata- kata “Produk ini hanya dijual 50% dari harga aslinya”. Walaupun dua kalimat itu punya informasi yang sama, cara penyampaiannya bisa memengaruhi keputusan kita, ya gak?
Secara psikologis, framing effect ini manfaatin cara otak memproses informasi. Manusia cenderung merespons lebih positif terhadap informasi yang dikemas dengan cara yang menggugah, bahkan walau informasi tersebut secara objektif sama aja gak ada bedanya. Makanya, Sobat IAM harus pinter pinter membingkai produk biar lebih menarik di mata calon pembeli!
Baca juga: 4 Langkah Yang Perlu Diperhatikan untuk Melakukan Rebranding Media Sosial di 2024
Jenis-Jenis Framing Effect yang Bisa Digunakan untuk Produk
1. Positive Framing
Framing positif berarti menyajikan informasi dengan cara yang menekankan manfaat atau keuntungan. Contoh, kalo kita jual pakaian, kita bisa nulis “Dapetin tampilan baru yang stylish dengan koleksi terbaru kami” daripada “Jangan sampai ketinggalan koleksi kami yang hampir habis”. Kedua kalimat ini sama sama menyampaikan pesan yang sama, tapi framing positif bikin calon pembeli merasa lebih diuntungkan dan excited.
Mengenal Framing Effect, Biar Produk Makin Dilirik. (Sumber: Freepik)
2. Negative Framing
Kadang framing negatif juga efektif lho! Terutama pas kita mau menunjukkan kerugian yang bisa didapatkan jika calon pembeli gak beli produkmu. Contohnya, "Hanya tersisa 5 produk, setelah itu harga kembali normal!" untuk menciptakan rasa urgensi dan takut kehilangan (fear of missing out/FOMO) yang bisa mendorong seseorang untuk segera membeli.
3. Gain vs Loss Framing
Dalam framing ini, kita bisa milih buat fokus pada keuntungan yang didapatkan atau kerugian yang bisa dialami. Misalnya, kita jual produk dengan diskon 30%, kita bisa milih untuk mengatakan "Hemat 30% sekarang" (gain framing) atau "Jangan lewatkan kesempatan untuk menghemat 30%!" (loss framing). Keduanya bisa efektif tergantung audiens target.
Baca juga: Ungkap Pusat Kreativitas Digital Indonesia dari 5 Kota dengan Konsentrasi Influencer Terbesar di IAM.id
Gimana Framing Effect Bisa Meningkatkan Penjualan Produk?
Framing effect tuh powerful banget buat narik perhatian dan mendorong keputusan pembelian. Asalkan kita bisa milih kata- kata yang tepat, kita bisa mengubah cara orang melihat produk, bahkan sebelum mereka mencoba atau membeli. Yuk simak contoh gimana kita bisa menerapkan framing effect buat brand:
1. Ciptakan Urgensi dengan Framing Negatif
Salah satu cara paling ampuh untuk bikin orang cepat beli adalah dengan menekankan kehilangan. Misalnya, bisa dengan bilang "Stok terbatas!" atau "Diskon cuma berlaku hari ini!" supaya calon pembeli akan merasa harus segera bertindak sebelum kesempatan hilang. Framing negatif ini bermain dengan rasa takut kehilangan (FOMO) yang biasanya efektif banget.
Baca juga: CEO IAM.id Berbagi Wawasan tentang The Role & Ethics of AI in The Creator Economy di Kazee Summit 2024
2. Tunjukkan Keuntungan dengan Framing Positif
Kalo brand menawarkan nilai tambah yang jelas, jangan ragu buat menekankan hal itu. Misal, kita jual produk yang bisa menghemat waktu atau tenaga seperti alat rumah tangga canggih, kita bisa nulis “Hemat waktu dan energi dengan produk ini” daripad “Alat rumah tangga multifungsi”. Framing positif bikin calon pembeli merasa produk itu bisa ngasih solusi konkret buat masalah mereka.
3. Gunakan Komparasi untuk Memperjelas Nilai
Supaya pelanggan merasa bahwa produk itu adalah pilihan terbaik, gunakan framing yang membandingkan harga atau manfaat dengan kompetitor. Misalnya dengan mengatakan “Hanya Rp 100.000 untuk produk seharga Rp 250.000” atau “Dapatkan 3 produk dengan harga yang sama jika beli produk A”. Framing ini bikin pembeli merasa mendapatkan value lebih dan seakan- akan mendapat deal yang sangat menguntungkan.
Baca juga: 5 Strategi Brand Gunakan Narasi Kemerdekaan dalam Influencer Marketing
Jadi, framing effect ini bukan cuma tentang gimana pemilihan kata- kata yang pas, tapi juga tentang gimana persepsi calon pembeli terhadap suatu produk bisa berubah dengan sedikit sentuhan psikologi. Melalui pemanfaatan positive framing, negative framing, dan gain vs loss framing, Sobat IAM bisa buat produk lebih menarik, mendorong pengunjung untuk membeli, dan pastinya ningkatin penjualan.
Yang terpenting, framing effect bukan cuma soal membuat produk terdengar keren ya Sobat, tapi juga tentang memberi nilai tambah yang jelas kepada pembeli, baik dari segi harga, kualitas, atau manfaat. Jadi, jangan ragu buat mulai mengaplikasikan framing effect dalam strategi marketing brand dan lihat gimana brand jadi makin dilirik!
Comments
No Comment yet